Sabtu, 09 Juli 2011

Sistem Informasi Manajemen


Sistem Informasi Manajemen

I.         Pendahuluan
Menyongsong era globalisasi dewasa ini, Sistem Informasi semakin dibutuhkan perusahaan, khususnya dalam meningkatkan kesehatan aliran informasi dalam perusahaan mengenai visi, misi dan tujuan serta rencana strategis yang akan dilakukan oleh perusahaan tersebut, sehingga diketahui oleh khalayak. Perusahaan yang sudah melakukan otomatisasi pada setiap lini manajerialnya, perlu menindaklanjuti dengan membangun Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang integral dan terpadu.
SIM akan membantu perusahaan-perusahaan dalam mengintegrasikan data, mempercepat dan mengestimatisasi pengolahan data, meningkatkan kualitas informasi dan kontrol manajemen, mendorong terciptanya produk-produk baru, meningkatkan layanan dan control, mengotomatisasi sebagian pekerjaan rutin, dan menyederhanakan alur kerja. Pendek kata, SIM beserta perkembangan teknologi pendukungnya akan memicu transformasi besar dalam bidang bisnis dan manajemen.
 
II.      Tinjauan Pustaka
A.   Definisi Sistem Informasi Manajemen
SIM bukan merupakan hal baru. Ruang lingkup SIM sebenarnya tertuang pada tiga kata pembentuknya, yaitu “sistem”, “informasi”, dan “manajemen”.
Sistem merupakan kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan. Di dalam perusahaan, yang dimaksud elemen dari sistem adalah departemen-departemen internal, seperti persediaan barang mentah, produksi, persediaan barang jadi, promosi, penjualan, keuangan, personalia; serta pihak eksternal seperti supplier dan konsumen yang saling terkait satu sama lain dan membentuk satu kesatuan usaha.
Informasi adalah hasil pemrosesan data yang diperoleh dari setiap elemen sistem tersebut menjadi bentuk yang mudah dipahami dan merupakan pengetahuan yang relevan yang dibutuhkan oleh orang untu menambah pemahamannya terhadap fakta-fakta yang ada. Informasi bagi setiap elemen akan berbeda satu sama lain sesuai dengan kebutuhannya masing-masing
.Manajemen terdiri dari proses atau kegiatan yang dilakukan oleh pengelola perusahaan seperti merencanakan (menetapkan strategi, tujuan dan arah tindakan), mengorganisasikan, memprakarsai, mengkoordinir dan mengendalikan operasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dari ruang lingkup di atas, beberapa ahli telah memberikan rumusan tentang sistem informasi manajemen, antara lain :
1.      SIM adalah pengembagan dan penggunaan sistem-sistem informasi yang efektif dalam organisasi-organisasi (Kroenke, David, 1989).
2.       SIM didefinisikan sebagai suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai yang mempunyai kebutuhan yang serupa. Informasi menjelaskan perusahaan atau salah satu sistem utamanya mengenai apa yang telah terjadi di masa lalu, apa yang sedang terjadi sekarang dan apa yang mungkin terjadi di masa depan. Informasi tersebut tersedia dalam bentuk laporan periodik, laporan khusus dan output dari simulasi matematika. Informasi digunakan oleh pengelola maupun staf lainnya pada saat mereka membuat keputusan untuk memecahkan masalah (Mc. Leod, 1995).
3.       SIM merupakan metode formal yang menyediakan informasi yag akurat dan tepat waktu kepada manajemen untuk mempermudah proses pengambilan keputusan dan membuat organisasi dapat melakukan fungsi perencanaan , operasi secara efektif dan pengendalian (Stoner, 1996)
Dari definisi-definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa SIM adalah suatu sistem yang dirancang untuk menyediakan informasi guna mendukung pengambilan keputusan pada kegiatan manajemen dalam suatu organisasi.

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi. Sistem ini menggunakan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) komputer, prosedur pedoman, model manajemen dan keputusan, dan sebuah “data base”.

Konsep Dasar Informasi
Terdapat beberapa definisi, antara lain :

1. Data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.
2. Sesuatu yang nyata atau setengah nyata yang dapat mengurangi derajat ketidakpastian tentang suatu keadaan atau kejadian. Sebagai contoh, informasi yang menyatakan bahwa nilai rupiah akan naik, akan mengurangi ketidakpastian mengenai jadi tidaknya sebuah investasi akan dilakukan.
3. Data organized to help choose some current or future action or nonaction to fullfill company goals (the choice is called business decision making.

Nilai Informasi
Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya mendapatkannya dan sebagian besar informasi tidak dapat tepat ditaksir keuntungannya dengan satuan nilai uang, tetapi dapat ditaksir nilai efektivitasnya.

Sistem Manusia/Mesin Berdasarkan Komputer
Pada dasarnya orang dapat membahas sistem informasi manajemen tanpa komputer, tetapi adalah kemampuan komputer yang membuat SIM terwujud. Persoalannya bukan dipakai atau tidaknya komputer dalam sebuah sistem informasi manajemen, tetapi adalah sejauh mana berbagai proses akan dikomputerkan. Gagasan suatu sistem informasi/keputusan berdasarkan komputer berarti automatisasi total. Konsep sistem manusia/mesin menyiratkan bahwa sebagian tugas sebaiknya dilaksanakan oleh manusia, dan lainnya lebih baik dilakukan oleh mesin. Dalam sebagian terbesar persoalan, manusia dan mesin membentuk sebuah sistem gabungan dengan hasil yang diperoleh melalui serangkaian dialog dan interaksi antara komputer dan seorang manusia pengolah.
Kenyataan bahwa sebuah SIM adalah berdasarkan komputer berarti bahwa para perancang harus memilih pengetahuan cukup mengenai komputer dan penggunaannya dalam pengolahan informasi. Konsep manusia/mesin bahwa perancang sebuah sistem informasi manajemen harus memahami kemampuan manusia sebagai pengolah informasi dan perilaku manusia dalam mengambil keputusan.

Sistem Terpadu dengan “Data Base”
Sebuah sistem terpadu berdasarkan pada anggapan bahwa harus ada integrasi antara data dan pengolahan. Integrasi data dicapai melalui “data base”. Pada sebuah sistem pengolahan informasi, “data base” terdiri dari semua data yang dapat dijangkau oleh sistem. Pada SIM berdasarkan komputer, istilah “data base” biasanya dipakai khusus untuk data yang dapat dijangkau secara langsung oelh komputer. Manajemen sebuah “data base” adalah sebuah sistem perangkat lunak komputer yang disebut sebagai sebuah sistem manajemen “data base”. Sesuatu penerapan yang mamakai sebuah item (butir) data akan mengambil item data yang sama, yang hanya sekali disimpan dan disediakan untuk semua penerapan. Suatu peremajaan dari sebuah item data membuatnya sesuai untuk semua pemakaian.
Pengolahan terpadu dicapai melalui sebuah perencanaan sistem secara menyeluruh. Biasanya sistem dirancang sebagai suatu gabungan beberapa subsistem dan bukan sebagai sebuah sistem tunggal. Perancangan sistem ini dapat berupa sebuah komputer pusat besar, atau dapat pula merupakan sebuah jaringan kerja beberapa komputer kecil. Gagasan pokoknya adalah paduan terencana dari berbagai penerapan yang layak dan efektif.
Dukungan Operasi
Kecenderungan dalam pengolahan transaksi pada sistem-sistem mutakhir adalah menuju pengumpulan data secara “online” dan permintaan informasi (inquiry) secara online pula. Kemampuan memperoleh informasi secara online sangat besar peranannya dalam mendukung informasi. Ini berarti bahwa setiap petugas yang berwenang dapat memperoleh jawaban langsung atas sesuatu permintaan informasi seperti posisi terakhir perkiraan seorang pelanggan atau sediaan yang ada untuk jenis barang tertentu.

Pemanfaatan Manajemen dan Model Keputusan
Model-model pembantu keputusan ynag dipakai dalam sistem dapat berupa model cerdas (intelligence model) untuk menemukan persoalan, model keputusan (decision model) utnuk mengenali dan menganalisis penyelesaian yang mungkin, dan berbagai model pilihan seperti model optimisasi (optimization model) yang memberikan suatu penyelesaian optimal atau metode pemuas untuk memutuskan atas sebuah penyelesaian yang memuaskan. Dengankata lain, diperlukan berbagai ancanagan anlitis dan permodelan untuk memenuhi berbagai situsi yang memerlukan keputusan.

B. Kegunaan / Fungsi Sistem Informasi Manajemen
Supaya informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi dapat berguna bagi manajamen, maka analis sistem harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan informasi yang dibutuhkannya, yaitu dengan mengetahui kegiatan-kegiatan untuk masing-masing tingkat (level) manajemen dan tipe keputusan yang diambilnya. Berdasarkan pada pengertian-pengertian di atas, maka terlihat bahwa tujuan dibentuknya Sistem Informasi Manajemen atau SIM adalah supaya organisasi memiliki informasi yang bermanfaat dalam pembuatan keputusan manajemen, baik yang meyangkut keputusan-keputusan rutin maupun keputusan-keputusan yang strategis. Sehingga SIM adalah suatu sistem yang menyediakan kepada pengelola organisasi data maupun informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas organisasi.
Beberapa kegunaan/fungsi sistem informasi antara lain adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan aksesibilitas data yang tersaji secara tepat waktu dan akurat bagi para pemakai, tanpa mengharuskan adanya prantara sistem informasi.
2. Menjamin tersedianya kualitas dan keterampilan dalam memanfaatkan sistem informasi secara kritis.
3. Mengembangkan proses perencanaan yang efektif.

4. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan akan keterampilan pendukung sistem informasi.
5. Menetapkan investasi yang akan diarahkan pada sistem informasi.
6. Mengantisipasi dan memahami konsekuensi-konsekuensi ekonomis dari sistem informasi dan teknologi baru.
7. Memperbaiki produktivitas dalam aplikasi pengembangan dan pemeliharaan sistem.
8. Organisasi menggunakan sistem informasi untuk mengolah transaksi-transaksi, mengurangi biaya dan menghasilkan pendapatan sebagai salah satu produk atau pelayanan mereka.
9. Bank menggunakan sistem informasi untuk mengolah cek-cek nasabah dan membuat berbagai laporan rekening koran dan transaksi yang terjadi.
10. Perusahaan menggunakan sistem informasi untuk mempertahankan persediaan pada tingkat paling rendah agar konsisten dengan jenis barang yang tersedia.
11. SIM untuk Pendukung Pengambilan Keputusan
Sebuah sistem keputusan, yaitu model dari sistem dengan mana keputusan diambil, dapat tertutup atau terbuka. Sebuah sistem keputusan tertutup menganggap bahwa keputusan dipisah dari masukkan yang tidak diketahui dari lingkungan. Dalam sistem ini pengambil keputusan dianggap:
a. Mengetahui semua perangkat alternatif dan semua akibat atau hasilnya masing-masing
b. Memiliki metode (aturan, hubungan, dan sebagainya) yang memungkinkan dia membuat urutan kepentingan semua alternatif.
c. Memilih alternatif yang memaksimalkan sesuatu, misalnya laba, volume penjualan, atau kegunaan.
Konsep sebuah sistem keputusan tertutup jelas menganggap orang rasional yang secara logis menguji semua alternatif, mengurutkan berdasarkan kepentingan hasilnya, dan memilih alternatif yang membawa kepada hasil yang terbaik/maksimal. Model kuantitatif pengambilan keputusan biasanya adalah model sistem keputusan tertutup.
Sebuah sistem keputusan terbuka memandang keputusan sebagai berada dalam suatu lingkungan yang rumit dan sebagian tak diketahui. Keputusan dipengaruhi oleh lingkungan dan pada gilirannya proses keputusan kemudian mempengaruhi lingkungan. Pengambilan keputusan dianggap tidak harus logis dan sepenuhnya rasional, tetapi lebih banyak memperlihatkan rasionalitas hanya dalam batas yang dikemukakan oleh latar belakang, pandangan atas alternatif, kemampuan menangani suatu model keputusan, dan sebagainya.
12. SIM Berdasarkan Aktivitas/Kegiatan Manajemen
Kegiatan dan proses informasi untuk tiga tingkat adalah saling berhubungan. Contohnya pengendalian inventaris pada tingkatan operasional bergantung pada proses yang tepat dari transaksi; pada tingkat dari pengendalian manajemen, pembuatan keputusan tentang keamanan persediaan dan frekuensi memesan lagi bergantung pada pembetulan ringkasan dari hasil operasi-operasi; pada tingkat strategi, hasil dalam operasi-operasi dan pengendalian manajemen yang dihubungkan pada tujuan-tujuan strategi, saingan tindak tanduk dan sebagainya untuk mencapai strategi inventaris. Tampaknya terdapat kontras tajam antara ciri-ciri informasi untuk perencanaan pengendalian dan taktis berada di tengahnya. Tabel 6 menunjukkan perbedaan tujuh macam ciri. Dengan melihat perbedaan ini, sistem informasi untuk perencanaan strategik tidaklah identik dengan sistem informasi untuk pengendalian operasional.
13. Sistem Informasi Untuk Pengendalian Operasional
Pengendalian operasional adalah proses pemantapan agar kegiatan operasional dilaksanakan secara efektif dan efisien. Pengendalian operasional menggunakan prosedur dan aturan keputusan yang sudah ditentukan lebih dahulu. Sebagian besar keputusan bisa diprogramkan.
Pendukung pemrosesan untuk pengendalian operasi terdiri dari :
a. Proses transaksi
b. Proses laporan
c. Proses pemeriksaan
Beberapa contoh di bawah ini menggambarkan jenis dukungan keputusan yang dapat dibuat dalam sistem pengendalian operasional :
a. Suatu transaksi penarikan kembali sediaan menghasilkan suatu dokumen transaksi. Pengolahan transaksi juga dapat menyelidiki persediaan yang ada, dan memutuskan apakah suatu pesanan pembelian sediaan harus diadakan.
b. Suatu pemeriksaan terhadap file pegawai menjelaskan keperluan
untuk suatu posisi. Komputer menyelidiki file pegawai menggunakan program untuk memilih kandidat secara kasar.
c.  Laporan rutin dihasilkan secara periodik. Tetapi suatu aturan keputusan yang diprogramkan dalam suatu prosedur pengolahan laporan bisa menciptakan laporan khusus dalam suatu bidang masalah. Contoh : suatu analisis pesanan yang masih belum dilayani setelah 30 hari.
14.   Sistem Informasi Untuk Pengendalian Manajemen
Informasi pengendalian manajemen diperlukan oleh manajer departemen untuk mengukur pekerjaan, memutuskan tindakan pengendalian, merumuskan aturan keputusan baru untuk diterapkan personalia operasional, dna mengalokasi sumber daya. Proses pengendalian manajemen memerlukan jenis informasi berikut :
1) Pekerjaan yang telah direncanakan (standar, ekspektasi, anggaran, dll)
2) Penyimpangan dari pekerjaan yang telah direncanakan
3) Sebab penyimpangan
4) Analisis keputusan atau arah tindakan yang mungkin
Database untuk pengendalian manajemen terdiri dari dua elemen utama : (1) database dari operasional, dan (2) rencana, anggaran, standar, dll yang mendefinisikan perkiraan tentang pelaksanaan, juga beberapa data eksternal seperti perbandingan industri dan indeks biaya.
Proses untuk mendukung keputusan kegiatan pengendalian manajemen adalah sebagai berikut :
1) Model perencanaan dan anggaran
2) Program-program laporan penyimpangan
3) Model-model analisis masalah
4) Model-model keputusan
5) Model-model pemeriksaan/pertanyaan
Keluaran dari sistem informasi pengendalian manajemen adalah : rencana dan anggaran, laporan yang terjadwal, laporan khusus, analisis situasi masalah, keputusan untuk penelaahan, dan jawaban atas pertanyaan.
15. Sistem Informasi Untuk Perencanaan Strategis
Tujuan perencanaan strategis adalah untuk mengembangkan strategi dimana suatu organisasi akan mampu mencapai tujuannya. Horison waktu untuk perencanaan strategis cenderung lama, sehingga perubahan mendasar dalam organisasi bisa diadakan, sebagai contoh
a. Suatu rantai pertokoan dapat memustuskan untuk mengubah menjadi usaha melalui pesanan
b. Suatu toko serba ada dengan toko di pusat kota dapat memutuskan untuk mengubah menjadi suatu toko obral di luar kota.
Aktifitas perencanaan strategis tidak harus terjadi dalam suatu siklus periode seperti kegiatan pengendalian manajemen. Kegiatan ini memang agak tidak teratur, meskipun beberapa perencanaan strategis bisa dijadwalkan ke dalam perencanaan tahunan dan siklus penganggaran. Beberapa jenis data yang berguna dalam perencanaan strategis menunjukkan ciri data :
a. Prospek ekonomi bagi bidang kegiatan perusahaan dewasa ini.
b. Lingkungan politik dewasa ini dan perkiraan masa mendatang
c. Kemampuan dan prestasi organisasi menurut pasaran, negara, dan sebagainya (berdasarkan kebijakan dewasa ini).
d. Proyeksi kemampuan dan prestasi masa mendatang menurut pasaran, negara, dan sebagainya (berdasarkan kebijakan dewasa ini).
e. Prospek bagi industri di daerah lain.
f. Kemampuan saingan dan saham pasar mereka.
g. Peluang bagi karya usaha baru.
h. Alternatif strategi
i. Proyeksi kebutuhan sumber daya bagi alternatif beberapa strategi.
Dukungan sistem informasi untuk perencanaan strategis tidak bisa selengkap seperti bagi pengendalian manajemen dan pengendalian
operasional. Namun demikian sistem informasi manajemen dapat memberi bantuan yang cukup pada proses perencanaan strategis, misalnya:

a.    Evaluasi kemampuan yang ada didasarkan atas data internal yang ditimbulkan kebutuhan pengolahan operasional.
b.    Proyeksi kemampuan mendatang dapat dikembangkan oleh data masa lampau dan diproyeksikan ke masa mendatang
c.    Data pasar dan persaingan yang mungkin bisa direkam dalam database komputer.
16. SIM Berdasarkan Fungsi Organisasi
Sistem informasi manajemen dapat dianggap sebagai suatu federasi subsistem yang didasarkan atas fungsi yang dilaksanakan dalam suatu organisasi. Masing-masing subsistem membutuhkan aplikasi-aplikasi yntuk membentuk semua proses informasi yang berhubungan dengan fungsinya, walaupun akan menyangkut database, model base dan beberapa program komputer yang biasa untuk setiap subsistem fungsional. Dalam masing-masing subsistem fungsional, terdapat aplikasi untuk proses transaksi, pengendalian operasional, pengendalian manajemen, dan perencanaan strategis.

III.        Tahapan Pengembangan Sim
Pengembangan SIM terdiri 3 tahapan :                                 
1.   Analisis sistem
Tahapan analisis sistem, meliputi beberapa langkah, yaitu :
a.    Menentukan masalah utama dan lingkup kegiatan
b.    Mengumpulkan fakta yang berhubungan dengan masalah
c.    Menganalisa fakta-fakta
d.    Menentukan alternative pemecahan yang mungkin
e.    Memilih alternatif pemecahan masalah
f.     Pembuatan studi kelayakan, meliputi :
·           Kelayakan ekonomi
·           Kelayakan teknik
·           Kelayakan hokum
·           Kelayakan jadwal
·           Kelayakan operasional
g.    Laporan ke manajemen

2.      Perancangan sistem
Tahapan perancangan sistem, meliputi beberapa langkah yaitu:
a.    Review kebutuhan
b.     Desain umum sistem/desain ligik
c.    Desain terinci/desain fisik,meliputi:
·           Desain input
·           Desain proses
·            Desain output
·           Desain basis data
·           Desain desain
d.   Laporan ke manajemen

3.      Implementasi sistem
Implementasi sistem, meliputi beberapa langkah yaitu:
a.       Review desain
b.      Penjadwalan tugas pengembangan
c.       Coding program
d.      Testing program, meliputi:
III.   Testing modul
IV.    Testing menyeluruh
V.      Pelatihan petugas
VI.   Konversi system
VII. Laporan ke manajemen

Pendekatan Pengembangan Sim
         Pendekatan klasik menekankan bahwa pengembangan suatu sistem informasi akan berhasil apabila mengikuti tahapan sesuai daur hidup pengembangan sistem. Mulai tahun 1970-an muncul pendekatan baru yang disebut pendekatan terstuktur. Pendekatan ini pada dasarnya mencoba menyediakan tambahan alat-alat, teknik-teknik, dan dokumentasi kepada analis sistem untuk mengembangkan sistem disamping tetap mengikuti thapan daur hidup pengembangan sistem informasi yang telah dikenal lebih dahulu.
Beberapa contoh alat, teknik, dokumentasi dimaksud adalah sebagai berikut:
1.      Diagram HIPO (Hierarchy Input Process Output)
2.      Kamus data (Data Dictionary/DD)
3.       Diagram Alir Data/DAD (Data flow Diagram/DFD)
4.      Table Keputusan (Decission Table)
5.      Jaringan Proyek (Program Evalution and Review Techniques)
6.      Diagram Alir Sistem (Sytems Flowchart), dan lain-lain
 
Rekayasa Perangkat Lunak Untuk Sim
Rekayasa perangkat lunak SIM adalah penerapan dan pemanfaatan prinsip-prinsip rekayasa untuk menghasilkan software yang ekonomis, andal dan bekerja secara efisien pada mesin-mesin yang nyata. Elemen-elemen kunci dalam rekayasa perangkat lunak SIM meliputi :
1.  Metode/ Method
Metode yang digunakan adalah how to yang bersifat teknis. Metode yang digunakan  meliputi bidang-bidang perencanaan proyek, estimasi, analisis persyaratan, perancangan, coding pengujian dan pemeliharaan.
2.  Alat/ Tool
Alat akan memberikan dukungan otomatis bagi metode (misal : Comnputer Aided Software Engineering/CASE)
3. Prosedur/ Procedure
Prosedur akan mengintregasikan metode dan alat. Prosedur mendefinisikan kapan suatu metode akan digunakan, hasil yang diharapkan, pengendalian untuk menjamin kualitas hasil, dan milestone yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kemajuan.

IV.        SIM di BBWS Pemali Juana
Sistem Informasi Manajemen di BBWS Pemali Juana yang berbasis teknologi informasi telah terealisasi. Website telah terbentuk sehingga komunikasi dan informasi mudah dilakukan baik oleh internal pegawai BBWS maupun pihak eksternal yang berkepentingan dengan BBWS. Adapaun fasilitas yang sudah terbentuk antara lain:
a.       E. Commerce
b.      E. Monitoring
c.       E. Procurement
 Akses internet di BBWS Pemali Juana sudah berjalan, dengan sistem pengkabelan dan sistem transmitter dan receiver.
Aplikasi lain pada lingkungan BBWS pemali Juana
a.    Jaringan IT dengan sistem LAN (Local Area Network) & WLAN (wireless LAN)
Sistem transfer data antar progam keahlian masih bersifat konvensional artinya  sistem internet belum maksimal dijalankan.
b.    Pengolahan informasi dari Kementerian PU dengan pengadaan website dengan alamat http: // www. pu.co.id

V.            Penutup
Pengadaan Sistem Informasi Manajemen yang berbasis pada teknologi informasi merupakan kebutuhan untuk mempermudah dan mempercepat informasi kepada seluruh yang berkepentingan dengan instant yang membangun SIM tersebut sehingga segala keputusan-keputusan dapat diambil lebih cepat dalam rangka pembangunan instansi/ perusahaan maupun Negara.
Sistem Informasi Manajemen yang berbasis teknologi informasi merupakan sarana untuk keterbukaan informasi  sehingga terjadi keharmonisan dalam bekerja. 

           Daftar Pustaka
        Davis, B. Gorgon. 1995. Kerangka Dasar SIM. Jakarta. Penerbit: PT Gramedia
        Browsing internet on http://www.kuliah.dinus.ac.id/ika/asi/modul.htm
        Browsing internet on http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id




BETON PRACETAK

PENDAHULUAN
Teknologi beton pracetak telah lama diketahui dapat menggantikan operasi pembetonan tradisional yang dilakukan di lokasi proyek pada beberapa jenis konstruksi karena beberapa potensi manfaatnya. Beberapa prinsip yang dipercaya dapat memberikan manfaat lebih dari teknologi beton procetak ini antara lain terkait dengan waktu, biaya, kualitas, predicability, keandalan, produktivitas, kesehatan, keselamatan, lingkungan, koordinasi, inovasi, reusability, serta relocatability (Gibb, 1999). Di Indonesia, hingga saat ini, telah banyak aplikasi teknologi beton pracetak pada banyak jenis konstruksi dengan didukung oleh sekitar 16 perusahaan spesialis beton pracetak, atau lebih dikenal dengan sebutan precaster (Sijabat dan Nurjaman, 2007).
SEJARAH PERKEMBANGAN SISTEM PRACETAK
Beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia, jika dibandingkan dengan material lain seperti kayu dan baja. Hal inibisa dimaklumi, karena bahan-bahan pembentukannya mudah terdapat di Indonesia, cukup awet, mudah dibentuk dan harganya relative terjangkau. Ada beberapa aspekyang dapatmenjadi perhatian dalam sistembeton konvensional, antara lain waktu pelaksanaan yang lama dan kurang bersih, control kualitas yang sulit ditingkatkan serta bahan-bahan dasar cetakan dari kayu dan triplek yang semakin lama semakin mahal dan langka.
Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu menjawab kebutuhan di era millennium ini pada dasarnya system ini melakukan pengecoran komponen di tempatkhusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi ) untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi). Keunggulan system ini, antara lain mutu yang terjamin, produksi dan pembangunan yang cepat, ramah lingkungan dan rapi dengan kualitas produkyang baik. Perbandingan kualitatif antara strutur kayu, baja serta beton konvensional dan pracetak dapat dilihat pada tabel :



Aspek
kayu
baja
Beton




konvensional

Pracetak
Pengadaan
Semakin terbatas
Utamanya impor
Mudah
Mudah
Permintaan
Banyak
Banyak
Paling banyak
Cukup
Pelaksanaan
Sukar, Kotor
Cepat, bersih
Lama, kotor
Cepat, bersih
Pemeliharaan
Biaya Tinggi
Biaya tinggi
Biaya sedang
Biaya sedang
Kualitas
Tergantung spesies
Tinggi
Sedang-tinggi
Tinggi
Harga
Semakin mahal
Mahal
Lebih murah
Lebih murah
Tenaga Kerja
Banyak
Banyak
Banyak
Banyak
Lingkungan
Tidak ramah
Ramah
Kurang ramah
Ramah
Standar
Ada
(sedang diperbaharui)
Ada ( sedang diperbaharui)
Ada  ( sedang diperbaharui )
Belum ada 
(sedang disusun)

Sistem pracetak telah banyak diaplikasikan di Indonesia, baik yang sistem dikembangkan di dalam negeri maupun yang didatangkan dari luar negeri. Sistem pracetak yang berbentuk komponen, seperti tiang pancang, balok jembatan, kolom plat pantai. Permasalahan mendasar dalam perkembangan system pracetak di Indonesia saat ini adalah :
1.        Sistem ini relatif baru
2.        Kurang tersosialisasikan jenisnya, produk dan kemampuan system pracetak yang telah ada
3.        Serta keandalan sambungan antarkomponen untuk system pracetak terhadap beban gempa yang selalu menjadi kenyataan
4.        Belum adanya pedoman resmi mengenai tatacara analisis, perencanaan serta tingkat kendalan khusus untuk system pracetak yang dapat dijadikan pedoman bagi pelaku konstruksi.



PERKEMBANGAN SISTEM PRACETAK DI DUNIA
Sistem pracetak berkembang mula-mula di negara Eropa. Struktur pracetak pertama kali digunakan adalah sebagai balok beton precetak untuk Casino di Biarritz, yang dibangun Oleh kontraktor Coignet,Paris1891. Pondasi beton bertulang diperkenalkan oleh sebuah Perusahaan Jerman, Wayss &reytag di Hamburg dan mulai digunakan tahun1906. Tahun 1912 beberapa bangunan bertingkat menggunakan system pracetak berbentuk komponen- komponen, seperti dinding. kolom dan lantai diperkenalkan oleh John.E.Conzelmann.
Struktur komponen pracetak beton bertulang  juga diperkenalkan di Jerman oleh Philip Holzmann AG, Dyckerhoff & Widmann G Wayss & Freytag KG, Prteussag, Loser dll. Sstem pracetaktahan gempa dipelopori pengembangannya di Selandia Baru. Amerika dan Jepang  yang dikenal sebagai negara maju di dunia, ternyata baru melakukan penelitian intensif tentang system pracetak tahan gempa pada tahun 1991. Dengan membuat program penelitian bersama yang dinamakan PRESS ( Precast seismic Structure System).

PERKEMBANGAN SISTEM PRACETAK DI INDONESIA
Indonesia telah mengenal system pracetak yang berbentuk komponen, seperti tiang pancang, balokjembatan, kolom dan plat lantai sejaktahun1970an. Sistem pracetak semakin berkembang dengan ditandai munculnya berbagai inovasi seperti Sistem Column Slab (1996), Sistem L-Shape Wall (1996), Sistem All Load Bearing Wall (1997), Sistem Beam Column Slab (1998), Sistem Jasubakim (1999), Sistem Bresphaka (1999) dan sistem T-Cap (2000).

PERMASALAHAN UMUM PADA PENGEMBANGAN SISTEM PRACETAK
Ada tiga masalah utama dalam pengembangan sistem pracetak :
1.        Keandalan sambungan antar komponen
2.        Belum adanya suatu pedoman perencanaan khusus untuk sistem struktur pracetak
3.        Kerjasama dengan perencana di bidang lain yang terkait, terutama dengan pihak arsitektur dan mekanikal/elektrikal/plumbing.

PENGERTIAN PRACETAK
Pracetak dapat diartikan sebagai suatu proses produksi elemen sruktur/arsitektural bangunan pada suatu tempat atau lokasi yang berbeda dengan tempat/lokasi dimana elemen struktur/arsitektural tersebut akan digunakan. Teknologi pracetak ini dapat diterapkan pada berbagai jenis material, yang salah satunya adalah material beton. Beton pracetak sebenarnya tidak berbeda dengan beton yang sering dijumpai dalam bangunan pada umumnya, yang membedakan adalah proses produksinya. Beton pracetak dihasilkan dari proses produksi dimana lokasi pembuatannya berbeda dengan lokasi di mana elemen akan digunakan , sedangkan beton cor (cast in place) dimana produksinya berlangsung di tempat elemen tersebut akan ditempatkan.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BETON PRACETAK
Beton pracetak memiliki kelebihan dibandingkan beton cast in place sebagai berikut:
1.        Kecepatan dalam pelaksanaan pembangunannya
2.        Dicapai tingkat fleksibilitas dalam proses perancangannya
3.        Pekerjaan di lokasi proyek lebih sederhana.
4.        Pihak yang bertanggung jawab lebih sedikit
5.        Mempunyai aspek yang positif terhadap schedule, terutamakemudahan di dalam melakukan pengawasan dan pengendalian biaya serta jadwal pekerjaan
6.        Jumlah pekerja kantor proyek lebih sedikit. Demikian juga tenaga lapangan yang dibutuhkan untuk setiap unit komponen yang lebih kecil karena pekerjaan dapat dilaksanakan secara seri
7.        Menggunakan tenaga buruh kasar sehingga upah relative lebih murah
8.        Waktu konstruksi yang relative lebih singkat karena pekerja lapangan hanya mengerjakan cast in place kemudian menggabungkan dengan komponen – komponen beton pracetak
9.        Aspek kualitas, dimana beton dengan mutu prima dapat lebih mudah dihasilkan di lingkungan pabrik
10.    Produksinya hamper tidak terpengaruh oleh cuaca
11.    Biaya yang dialokasikan untuk supervise relative lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh durasi proyek yang singkat.
12.    Kontinuitas proses konstruksi dapat terjaga sehingga perencanaan kegiatan lebih akurat.
13.    Mampu mereduksi biaya konstruksi
14.    Dapat dihasilkan bangunan dengan akurasi dimensi dan mutu yang lebih baik

Kekurangan beton pracetak;
1.        Kerusakan yang mungkin timbul selama proses transportasi
2.        Dibutuhkan peralatan lapangan dengan kapasitas angkat yang cukup untuk mengangkat komponen konstruksi dan menempatkannya pada posisi tertentu.
3.        Biaya tambahan yang dibutuhkan untuk proses transportasi
4.        Munculnya permasalahan teknis dan biaya yang dibutuhkan untuk menyatukan komponen-komponen beton pracetak.
5.        Diperlukan gudang yang luas dan fasilitas curing.
6.        Diperlukan perencanaan yang detil pada bagian sambungan
7.        Diperlukan lapangan yang luas untuk produksi dalam jumlah yang besar
8.        Hanya melayani produksi dalam partai besar agar BEP.

KOMPONEN STRUKTUR YANG SERING DIGUNAKAN
Ada beberapa tipe Precast Concrete yang sering digunakan saat ini, yaitu sebagai berikut :
a.         Pelat lantai pre-cast (hollow-core slab)
Penggunaan produk precast concretes sebagai pelat lantai, relatif sudah banyak dijumpai disini. Dengan digunakan precast maka pemakaian bekisting dan perancah akan berkurang drastis sehingga dapat menghemat waktu pelaksanaan. Salah satu produk precast untuk lantai adalah precast hollow core slab.
Sistem precast hollow core slab menggunakan sistem pre-tensioning dimana kabel prategang ditarikterlebih dahulu pada suatu dudukan khusus yang telah disiapkan dan kemudian dilakukan pengecoran. Oleh karena itu pembuatan produk precast ini harus ditempat fabrikasi khusus yang menyediakan dudukan yang dimaksud. Adanya lubang dibagian tengah pelat secara efektif mengurangi berat sendirinya tanpa mengurangi kapasitas lenturnya. Jadi precast ini relatif ringan dibanding solid slabbahkan karena digunakannya pre- stressing maka kapasitas dukungngya lebih besar.
Keberadaan lubang pada slab tersebut sangat berguna jika diaplikasikan pada bangunan tinggi karena mengurangi bobot lantai. Bayangkan saja, untuk solid slab, tebal 120 mm saja maka beratnya adalah sekitar 288 kg/m2 hampir sama dengan berat beban hidup rencana untuk kantor yaitu300 kg/m2. Padahal kontribusi kekuatan pelat hanya untukmendukung pembebanan tetap saja (DL + LL). Bahkan karena beratnya tersebut akan menjadi penyumbang utama besarnya gaya gempa. Jadi jika berat lantai berkurang maka beban gempa rencananya juga kurang. Dengan demikian penggunaan lantai precastyang ringan juga mengurangi resiko bahaya gempa.

b.        Balok
Elemen balok dapat diproduksi dengan berbagai bentang dan macam bentuk penampangnya. Penentuan bentuk penampang dari sebuah balok dipengaruhi oleh system yang akan digunakan, misalnya system sambungan antara balok dan plat lantai, sambungan balok dengan kolom



Gambar 1. Pemasangan pelat lanatai dan Balok beton pracetak

c.         Dinding Luar (Skin - wall)
Industri konstruksi semakin bergairah dengan adanya produkprecast concrete yang dapat dipasang cepat dan kualitasnya sangat baik. Tidak hanya dari sisi struktur, yaitu kekuatan dan kekakuannya saja, tetapi juga dari sisi Arsitekturalnya yaitu penampakan luar                  (keindahan). Oleh karena itu, arsitek yang berorientasi maju pastiakan memikirkan alternatif pemakaian produk precast untukbangunan rancangannya.
Bagaimana tidak, dengan digunakannyaprecast maka semua komponen yang seharusnya dikerjakan di atas bangunan sehingga susah dijangkau arsitek untuk diawasi maka dapat dilakukan di bawah sehingga si arsitek dengan leluasa mengawasi kualitas produkyang akan dipasangnya. Kecuali itu, umumnya produk precast adalah untuk komponen - komponen yang berulang (repetitif) sehingga prosesnya seperti halnya industri pada umumnya, dibuat satu dulu sebagai contoh, jika memuaskan akan dikerjakan lainnya dengan kualitas yang sama. Untuk produk precast, yang sangat berperan adalah teknologi yang digunakannya. Siapa yang membuatnya. Tidak hanya perencanaannya saja yang harus bagus tetapi juga perlu pelaksanaan yang baik. Precast for finishing,yang diperuntukkan untukkeindahan, yang terlihat dari luar untuk ditampilkan, jelas lebih sulit dibanding  produk precast yang sekedar untukkomponen struktur saja. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan, misalnya: ketahanan terhadap cuaca (tidak retak, keramik lepas atau berubah warna), kebocoran terhadap air hujan (teknologi karet sealant, seperti yang terpasang pada pintu mobil), presisi yang tinggi, juga detail yang benar dari takikan-takikan yang dibuat agar air yang menimpanya selama bertahun-tahun tidak meninggalkan jejak yang terlihat dari luar, juga detail sambungan dengan bangunan utamanya, bagaimana mengantisipasi deformasi bangunan yang timbul ketika ada gempa dll-nya tanpa mengalami degradasi kinerja dan lainnya. Olehkarena itulah perusahaan precast untukkeperluan finishing yang sukses di Jakarta tidaklah banyak




Gambar 2. Pemasangan dinding dari beton pracetak

d.        Komponen Tangga ( Precast Stair ) .
e.         Kolom
Jenis kolom beton yang dapat siproduksi secara pracetak tergantung dari (a) ketinggian bangunan/jumlah tingkat: (b) metode erection yang akan digunakan; (c) kemampuan alat bantu/crane. Kolom pracetak dapat diproduksi tanpa menyambung (kolom setinggi bangunan yang direncanakan) atau dengan sambungan (dilakukan penyambungan diantara tinggi bangunan). Untuk bangunan dengan ketinggian di bawah 30 meter, pengggunaan kolom menerus (tanpa sambungan) masih dimungkinkan sedangkan yang di atas 30 meter sebaiknya digunakan kolom dengan sambungan atau tanpa sambungan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain (a) kemampuan pabrik untuk memproduksi; (b) kemampuan alat angkut untuk memindahkan elemen pracetak dari pabrik ke lokasi proyek; (c) kemampuan alat angkat untuk meletakkan elemen pracetak pada tempatnya; (d) kemampuan alat sambung kolom.
Apabila ingin menggunakan elemen kolom pracetak dengan sambungan maka pihak perencana harus mendisain kolom menjadi dua bagian atau lebih. Sambungan kolom dapat ditempatkan pada beberapa keadaan:
·         Sambungan ditempatkan tepat di pertemuan antara balok dan kolom
·         Sambungan ditempatkan sedikit di atas pertemuan antara balok-kolom.


f.         Transportasi Jalan Raya ( Road Transportation)
Transportasi jalan raya sangat cocok untuk skala pembangunan dengan site yang luas sangat tergantung pada persyaratan legal Negara setempat khususnya dalam persyaratan lebar, ketinggian, panjang dan beban objekyang diangkut. Desain yang dibuat harus mempertimbangkan keadaan ini. Apabila komponen tidak memenuhi maka ia membutuhkan biaya tambahan dalam kesulitan transportasi disamping membutuhkan pengawalan khusus petugas jalan raya
Panjang maximum unit precast yang diisyaratkan dalam satu angkutan tidak melebihi 30m
Transportasi angkutan yang rendah ( biasanya untuk panel dinding dan lantai memiliki kemampuan angkut 250 ton.
Untuk objek angkut panel dinding dan lantai sangat cocok menggunakan kendaraan yang dilengkapi dengan kerangka khusus yang dapat mendukung dan melindungi objek angkut.
Untuk objek yang panjang dan beban yang lebih besar dapat menggunakan dua gerobakyang dihubungkan oleh beton precast itu sendiri.




Gambar 3. Pavement precast concrete
(sumber djc.com)

g.        Tiang Pancang
Tiang pancang pracetak dimanfaatkan dalam banguna gedung sebagai komponen struktur. Bentuk dan dimensinya bevariasi tergantung dari jenis tanah dan kedalaman lokasi proyek. Tiang pancang ini antara lain berbentuk segitiga dan bulat. Banyak produsen yang memproduksi komponen ini mengingat kepraktisan dalam pengaplikasiannya.
Keunggulan tiang pancang pracetak adalah:
·      Konsistensi mutu terjamin karena dibuat di pabrik dengan control kualitas prima
·      Waktu pemancangan lebih cepat, mudah dan praktis




Gambar 4. Komponen-komponen beton pracetak

SISTEM KONEKSI
1.    Sambungan
Pada umumnya sambungan-sambungan dikelompokkan sebagai berikut :
a.       Sambungan yang pada pemasangan harus langsung menerima beban (biasanya beban vertikal ) akibatbeban sendiri dari komponen .
b.      .Sambungan yang pada keadaan akhir  harus menerima beban-beban yang selama pemasangan diterima oleh pendukung pembantu.
c.       Sambungan dimana tidak ada persyaratan ilmu gaya tapi harus memenuhi persyaratan lain seperti: kekedapan air, kekedapan suara.
d.      Sambungan-sambungan tanpa persyaratan konstruktif dan semata-mata menyediakan ruang gerak untuk pemasangan .

2.     Ikatan
Cara mengikatkan atau melekatkan suatu komponen terhadap bagian komponen konstuksi yang lain secara prinsip dibedakan sebagai berikut : 
 
a.       Ikatan Cor ( In Situ Concrete Joint )
Penyaluran gaya dilakukan lewat beton yang dicorkan
·           Diperlukan penunjang / pendukung pembantu selama pemasangan sampai beton cor mengeras
·           Penyetelan berlangsung dengan bantuan adanya penunjang/pendukung pembantu. Toleransi penyusutan diserap oleh Coran Beton.
b.      Ikatan Terapan
Cara menghubungkan komponen satu dengan yang lain secaralego” (permainan balok susun anak-anak) disebut Iaktan Terapan.
·           Dimulai dengan cara hubungan “PELETAKAN “, kemudian berkembang menjadi        “ Saling Menggigit “
·           Proses pemasangan dimungkinkan tanpa adanya pendukung / penunjang pembantu.
c.       Ikatan Baja
Bahan pengikat yang dipakai : Plat baja dan Angkur. Sistem ikatan ini dapat dibedakan sebagai berikut :
·           Menyambung dengan cara dilas ( Welded Steel )
·           Menyambung dengan Baut/ Mur / Ulir ( Corbel Steel )
Catatan :
a.         Harga dari profil baja sebagai pengikat tinggi
b.        Mungkin dilaksanakan tanpa pendukung / penunjang
c.         Harus dilindungi dari : korosi, api dan bahan kimia. Dengan Mortar / In Situ concrete Joints sebagai pelindung / Finishing ikatan.



d.   Ikatan Tegangan
Merupakan perkembangan lebih jauh dari ikatan baja dengan memasukan unsur Post Tensioning dalam sistem koneksi.
·           Memerlukan penunjang / pendukung Bantu selama pemasangan
·           Perlu tempat / ruang yang relatif besar untuk Post Tensioning
·           Angker cukup mahal

1.    SIMPUL
Merupakan kunci dalam struktur yang memakai komponen pracetak dan merupakan tempat pertemuan antara 2 atau lebih komponen struktur.
Secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a.    Simpul Primer
Pertemuan yang menghubungkan kolom dengan balok dan juga terhadap plat lantai. Di sini beban dari plat akan diteruskan ke pendukung-pendukung vertikal.
b.    Simpul Pertemuan Kolom
Pertemuan dimana beban-beban vertikal dan sesewaktu momen-momen juga disalurkan.
c.    Simpul Penyalur Sekunder-Primer ( Pelat Balok)
Untuk menyalurkan beban vertikal
d.   Simpul Pendukung sesama Pelat / dengan Balok dan Kolom
Untuk menyalurkan beban horizontal dalam bentuk tegangan tekan, tarik dan geser
e.    Simpul yang Mampu Menahan Momen
Yang secara statis bisa membentukkomponen pendukung tapi oleh alasan tertentu.
Misal : Transportasi dibuat terdiri dari 2 atau lebih bagian,

PEMBUATAN BETON PRACETAK
Proses produksi/pabrikasi beton pracetak dapat dibagi menjadi tiga tahapan berurutan yaitu :
Tahap Design
Proses perencanaan suatu produks secara umum merupakan kombinasi dari ketajaman melihat peluang,  kemampuan teknis, kemampuan pemasaran. Persyaratan utama adalah struktur harus memenuhi syaratkekuatan, kekakuan dan kestabilan pada masa pelayannya.

Tahap Produksi
Beberapa item pekerjaan yang harus dimonitor pada tahap produksi :
a.         Kelengkapan dari perintah kerja dan gambar produk
b.        Mutu dari bahan baku
c.         Mutu dari cetakan
d.        Mutu atau kekuatan beton
e.         Penempatan dan pemadatan beton
f.         Ukuran produk
g.        Posisi pemasangan
h.        Perawatan beton
i.          Pemindahan, penyimpanan dan transportasi produk
j.          Pencatatan (record keeping)
Tahap produksi terdiri dari :
a.         Persiapan
b.        Pabrikasi tulangan dan cetakan
c.         Penakaran dan pencampuran beton
d.        Penuangan dan pengecoran beton
e.         Transportasi beton segar
f.         Pemadatan beton
g.        Finishing / repairing beton
h.        Curing beton

Tahap Pasca produksi
Terdiri dari tahap penanganan ( handling ), penyimpanan (storage ), penumpukan ( stacking ), pengiriman (transport) dan tahap pemasangan di lapangan ( site erection ).
Yang perlu diperhatikan dalam sistemtransportasi adalah:
a.         Spesifikasi alat transport : lebar, tinggi, beban maksimum, dimensi elemen, route transport : jarak, lebar jalan, kepadatan lalu lintas, ruang bebas bawah jembatan, perijinan dari instansi yang berwenang.
b.        Pemilihan alat angkut dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
·         Macam komponennya : linier atau pelat
·         Ketinggian alat angkat : berhubungan dengan ketinggian bangunan yang akan dibangun
·         Berat komponen : berdasarkan beban maksimum
·         Kondisi local : pencapaian lokasi dan topografi
c.         Menurut tempat pembuatan beton pracetak dibagi 2 yaitu :
·         Dicor di tempat disebut Cast In Situ
·         Dicor di pabrik
d.        Menurut perlakuan terhadap bajanya dibagi 2 yaitu :
·         Beton pracetak biasa
·         Beton prategang pracetak

Ada dua prinsip yang berbeda pada beton prategang ;
a.         Pre-tensioned Prestressed Concrete
b.        Post-tensioned Prestressed Concrete
Metode Membangun dengan Konstruksi Precast
a.         Serangkaian kegiatan yang dilakukan pada proses produksi adalah :
·         Pembuatan rangka tulangan
·         Pembuatan cetakan
·         Pembuatan campuran beton
·         Pengecoran beton
·         Perawatan (curing)
·         Penyempurnaan akhir
·         Penyimpanan
b.        Transportasi Dan alat angkut
Transportasi adalah pengangkatan elemen pracetak dari pabrik ke lokasi pemasangan. Sistemtransportasi berpengaruh terhadap waktu, efisiensi konstruksi dan biaya transport.
Yang perlu diperhatikan dalam sistemtransportasi adalah:
·      Spesifikasi alat transport
·      Route transport
·      Perijinan
·      Alat angkat yaitu memindahkan elemen dari tempat penumpukan ke posisi penyambungan (perakitan ).
Peralatan angkat untuk memasang beton pracetak dapat dikategorikan sebagai berikut :
·         Keran mobile
·         Keran teleskopis
·         Keran menara
·         Keran portal
c.         Pelaksanaan Konstruksi ( Ereksi )
Metode dan jenis pelaksanaan konstruksi precast diantaranya adalah :
·       Dirakit per elemen
·       Lift dan Slab system
Adalah pengikatan elemen lantai ke kolom dengan menggunakan dongkrak hidrolis.
Prinsip konstruksinya sebagai berikut:
*      Lantai menggunakan plat-plat beton bertulang yang dicor pada lantai bawah
*      Kolom merupakan penyalur beban vertical dapat sebagai elemen pracetak atau cor di tempat.
*      Setelah lantai cukup kuat dapat diangkat satu persatu dengan dongkrak hidrolis.
*      Slip ± Form System
Pada system ini beton dituangkan di atas cetakan baja yang dapat bergerak memanjat keatas mengikuti penambahan ketinggian dinding yang bersangkutan.
*    Push± Up /Jack ± Block System
Pada system ini lantai teratas atap di cor  terlebih dalu kemudian diangkat keatas dengan hidranlicjack yang dipasang dibawah elemen pendukung vertical.
*    Box  ystem
Konstruksi menggunakan dimensional berupa modul-modul kubus beton

DAFTAR PUSTAKA
1.      Ervianto I Wulfram, 2006, Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi, Andi, Yogyakarta
2.      Ariefrahman, Prinsip dan Gambaran umum Konstruksi Prefabrikasi
3.      Oktopianto Yogi, Precast Conrete.